Chapter 327: Pembalasan Dendam Anna
Chapter 327: Pembalasan Dendam Anna
"Lapor, ledakan terjadi di lantai 2, 3 dan 5!" Teriak salah satu petugas keamanan melalui HTnya.
"Gawat, cepat nyalakan alarm!"
Semua orang sudah berlarian ke mana-mana. Mereka awalnya meremehkan guncangan tadi karena menganggap itu cuma sebuah gempa yang kecil. Namun, mereka tidak menyangka bahwa guncangan tadi itu sebenarnya adalah bom yang telah meledak.
Hiasan lampu, foto di dinding dan dekorasi ruangan sudah jatuh berserakan. Jika diperhatikan dengan baik, dinding tiap lantai mulai retak semuanya. Orang-orang yang panik ini beranggapan bahwa setiap saat gedung ini bisa runtuh kapan saja.
Dokumen-dokumen dan komputer sudah terjatuh karena guncangan yang dihasilkan oleh ledakan beruntun tadi. Kertas-kertas tersebut sudah terinjak-injak dan kertas yang awalnya putih tersebut sudah penuh dengan jejak kaki.
Semua orang tidak tahu harus lari ke mana ketika mereka keluar dari ruangan mereka. Pada saat ini, kaca jendela di aula koridor lantai mereka tiba-tiba ikut pecah.
Orang-orang yang berada di dekat kaca terkena pecahan kaca ini dan terluka parah. Hal ini justru memperkeruh suasana yang memang sudah kacau itu. Kaca-kaca itu menancap dengan kuat dan terus mengalirkan darah tanpa henti.
Para pejalan kaki yang melewati gedung perusahaan Cendrawasih itu terkejut ketika mendengar suara ledakan dan merasakan guncangan yang menggetarkan kaki mereka. Pada saat ini, mereka dapat melihat api yang mulai keluar dan kaca-kaca gedung yang berhamburan ke mana-mana. Mereka juga dapat mendengar suara teriakan tanpa henti dari dalam gedung.
"Ada apa?"
"Apa gedung itu dibom?"
"Ya ampun, apa gedung itu akan roboh?"
Semua pejalan kaki itu mulai ketakutan, apalagi kaca-kaca dari gedung mulai berjatuhan ke jalan. Pada saat ini, tiba-tiba mereka dapat mendengar dengan jelas suara ledakan dari dalam gedung.
Di lantai 3, tiba-tiba api dapat terlihat berkobar dengan hebat. Terlebih lagi, mereka bisa mendengar suara teriakan tragis seseorang.
Pria itu sedang terbakar dan seluruh mukanya penuh dengan kaca. Sepertinya dia sudah berada di penghujung nyawanya. Karena tidak bisa melihat ke mana dia lari, dia melompat turun dari lantai 3 dan mendarat dengan kepala duluan.
Ketika dia mendarat di bawah, orang itu sudah berhenti bergerak sedangkan api masih melahap dirinya.
Melihat kejadian ini, orang-orang menjadi panik dan segera menelepon polisi dan pemadam kebakaran.
Tidak lama kemudian, polisi, ambulans, mobil pemadam kebakaran bahkan mobil media TV sudah memenuhi sisi jalan perusahaan Cendrawasih.
Di bawah tatapan mata mereka, terdengar satu ledakan lagi yang dahsyat yang membuat seluruh gedung itu goyang. Kali ini gedung perusahaan nomor 1 di kota ini mulai goyah dan mengeluarkan suara yang keras, sepertinya gedung akan roboh!
Randika yang masih ada di aula koridor itu mengerutkan dahinya. Dia yang sekarang sudah membuang pikirannya untuk mencari siapa pelakunya. Tugasnya dia sekarang adalah menyelamatkan orang-orang yang ada di dalam gedung karena ada ribuan orang yang bekerja untuk perusahaan ini.
"AH!!!"
Pada saat ini, terdengar suara teriakan dari dalam laboratorium. Teriakan ini membuat hati Randika mengepal.
"Viona!"
Randika langsung berlari sekuat tenaga. Pada saat ini, laboratorium parfum tersebut sudah kacau. Berbagai macam bahan dan alat sudah berserakan di lantai. Tabung-tabung reaksi juga pecah dan pecahannya memenuhi lantai. Parfum-parfum yang masih dalam bentuk cairan itu mengalir ke mana-mana dan menggenang menjadi satu.
Komputer dan dokumen-dokumen sudah lama diinjak-injak oleh orang. Bahkan atap ruangan juga ikut runtuh dan memperlihatkan kabel-kabel yang ada.
Lampu-lampu ruangan sudah pada pecah, hanya tersisa 1 ataupun 2. Reruntuhan atap itu juga menindih beberapa orang.
Situasi di dalam ruangan benar-benar kacau, beberapa orang mulai panik. "Cepat bantu angkat batu-batu ini!"
"Padamkan api yang menyala!"
Namun pada saat ini, tiba-tiba ada orang yang berteriak. "Viona awas!"
Di bawah tatapan mata orang-orang, Viona yang sedang berusaha membantu mengangkat batu yang menindih temannya itu, atap yang berada di atas Viona itu mulai runtuh dan terjun bebas menuju Viona!
Viona hanya bisa pasrah karena dia terlambat menyadarinya, namun pada saat ini, Randika sudah berada di dalam ruangan dan langsung memeluk erat Viona. Sambil menunduk dan mengangkat tangan kanannya, Randika menahan reruntuhan atap tersebut dengan satu tangannya.
DUAK!
Ketika Viona berpikir bahwa dia sudah mati, dia merasa bahwa dia dibungkus oleh sepasang tangan yang kuat dan badan yang hangat. Dia tidak perlu memikirkan siapa yang telah menyelamatkannya, sudah pasti pria yang dicintainya telah menyelamatkan dirinya.
"Vi, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Randika dengan khawatir.
"Aku tidak apa-apa." Viona menggelengkan kepalanya, hatinya sudah menghangat. Asalkan ada Randika di sampingnya, dia tidak mungkin terluka.
Orang-orang menghembuskan napas lega. "Untung saja pak Randika datang tepat waktu."
Kelvin sendiri sebenarnya masih tidak tahu apa yang telah terjadi, dia masih sibuk menyelamatkan anak buahnya yang tertindih itu sambil terus berusaha tenang dan tidak melakukan hal gegabah.
Pada saat ini, tiba-tiba ledakan kembali terjadi. Ledakan kali ini adalah yang paling kuat dan paling menghasilkan guncangan.
Wajah Randika terlihat dingin, namun di dalam pikirannya dia samar-samar sudah memperkirakan letak ledakan itu terjadi. Setelah memperkirakan 5 ledakan yang telah terjadi, Randika sudah dapat menebak taktik yang digunakan oleh musuhnya itu.
Bom ini tidak mengancam fondasi gedung ini, bom ini jelas diatur untuk membuat dirinya keluar!
Dengan kata lain tujuan dari kelima bom ini adalah membuat kekacauan agar orang-orang menjadi panik dan berlarian ke mana-mana. Di saat Randika lengah, si pengebom tersebut sepertinya akan melayangkan rencananya yang sebenarnya.
Pada saat ini, di gedung seberang perusahaan Cendrawasih, berdiri sesosok misterius mengenakan topi. Dengan wajah tersenyum lebar, dia memperhatikan perusahaan nomor 1 di kota ini hancur berantakan menjadi puing. Dia menggunakan teropong untuk melihat momen balas dendam keluarganya ini. Melalui teropongnya itu, dia menunggu pertunjukan terakhir yang akan terjadi di ruangan pemimpin perusahaan yaitu ruangan milik Inggrid Elina!
"Belum juga datang?" Tatapan orang itu sungguh dingin, hatinya sudah dikuasai oleh dendam dan kebencian.
Jika kamu membunuh seluruh keluargaku, aku akan membalaskan dendam mereka!
Anna memegang tombol detonasinya di tangannya dengan erat. Karena Randika tidak datang-datang ke ruangan Inggrid Elina, dia tidak ragu-ragu menekannya lagi!
Dalam sekejap, ruangan di 2 lantai bawah kantor pemimpin perusahaan Cendrawasih itu meledak dan menjadi porak poranda. Api dengan hebat menelan seluruh ruangan. Jika dilihat dari teropong, Anna dapat melihat orang-orang yang berlarian ketakutan. Hal ini membuatnya bahagia bukan main!
Perasaan ini, iya perasaan ini! Inilah indahnya balas dendam.
Anna sudah menjadi gila, dia sudah lama bermimpi membunuh pembunuh keluarganya itu!
Tetapi tatapan matanya itu kembali tenang, sekarang dia sudah seperti singa yang menunggu mangsanya untuk datang. Karena dia sudah repot-repot menyiapkan rencana ini, dia ingin membunuh Randika dan Inggrid sekaligus dengan satu ledakan.
Di dalam gedung, Randika terus menerus dapat mendengar suara orang berlari sambil berteriak ketakutan. Ledakan besar tadi membuat semuanya menjadi lebih panik.