Legenda Dewa Harem

Chapter 139: Pengobatan Tradisional



Chapter 139: Pengobatan Tradisional

Penjelasan Randika masuk akal, kedua perawat itu menuruti Randika dan melepas pakaian sang nenek.

Lalu, di bawah tatapan mata semua orang, Randika mulai menutup matanya dan menyalurkan tenaga dalamnya.

Ketika dia membuka matanya, dalam sekejap ada aura menekan yang menyelimuti Randika. Dia lalu menusukan jarum akupuntur yang dilapisi oleh tenaga dalam itu.

Jleb! Jleb!

Tangan kanannya bergerak dengan cepat bagaikan petir, dalam sekejap sudah ada 5 jarum yang sudah tertancap.

Kelima jarum ini melambangkan organ-organ sang nenek yang sudah mulai berhenti bekerja, jantung, hati, limpa, paru-paru dan ginjal.

Dalam teknik akupuntur, kelima organ ini merupakan bagian terpenting dalam tubuh manusia.

Setelah selesai menusukan kelima jarum itu, Randika membuka tabung reaksi yang dibawanya dan membuka paksa mulut sang nenek dengan tangan kirinya. Dia lalu membuatnya meminum manik-manik yang merupakan darah boneka ginseng tersebut.

Randika lalu meletakan tangannya di punggung si nenek dan menutup matanya.

Semua mata tertuju pada Randika seorang, penasaran apa yang akan dilakukannya. Setelah melihat Randika menempelkan tangannya pada punggung si nenek, para dokter tertawa dalam hati. Mereka berpikir bahwa orang ini sudah gila.

"Bocah itu sudah gila." Dokter senior itu sudah menggeleng-gelengkan kepalanya, dia sudah tidak tahan melihat hal ini. Tetapi ada salah satu dokter yang berwajah serius, dia pernah mendengar pengobatan tradisional yang melibatkan tenaga dalam. Apakah ini adalah salah satunya?

Apakah pemuda ini sedang mengobati penyakit internal dengan tenaga dalamnya?

Randika tetap berkonsentrasi meskipun suasana sekelilingnya sedikit ramai. Dia menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam tubuh si nenek. Dan dengan bantuan darah dari boneka ginseng itu, dia memperbaharui sel-sel tubuh.

Berbeda dengan obat, tenaga dalam Randika sangat lembut dan ringan jadi tidak akan menyakiti tubuh tua si nenek.

Tiba-tiba, semua orang melihat tangan Randika yang berada di punggung itu mengeluarkan asap putih.

Asap putih itu dengan cepat menghilang dan semua masih bertanya-tanya fenomena apakah itu?

Randika masih terus menutup matanya dan berkonsentrasi. Namun, pada saat ini kedua perawat yang membantu Randika terkejut ketika mengetahui bahwa wajah si nenek mulai mendapatkan warnanya kembali.

"Luar biasa!"

Si perawat itu jelas terkejut, wajah pucat nenek itu tiba-tiba mendapatkan warna wajahnya kembali. Semua orang yang di sana ikut terkejut setelahnya.

Dia berhasil menyembuhkannya?

Semua para dokter itu tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Mana mungkin hal ini bisa terjadi?

Ayah Viona senang bukan main, dia tidak menyangka bahwa teman Viona ini benar-benar berhasil membuat ibunya membaik. Ibu Viona sudah meneteskan air mata kebahagiaan.

Di bawah tatapan semua orang, tangan si nenek mulai bergerak meskipun sebentar. Pada saat yang sama, si nenek sudah bisa bernapas dengan normal.

Di dalam tubuh si nenek, darah dari boneka ginseng itu belum berhasil terserap secara sempurna. Tenaga dalam Randika ini bertujuan untuk membantunya menyerap darah tersebut secara sempurna.

Beberapa menit kemudian, rambut putih si nenek mulai menghitam dan kulitnya yang mengendur itu terlihat mengencang.

Seakan-akan pengobatan Randika ini berhasil membuat penatua ini menjadi lebih muda beberapa tahun.

"Ya Tuhan, keajaiban macam apa ini?"

Melihat kondisi fisik si nenek, semua orang tidak dapat mempercayai apa yang dilihatnya. Meskipun mereka tidak memahami apa yang sedang dilakukan Randika, mereka tetap dapat melihat hasilnya yang mengagumkan.

Benar-benar luar biasa!

Para dokter masih linglung, tidak dapat mempercayai apa yang mereka lihat. Salah satu dokter yang mengetahui metode tenaga dalam ini menatap Randika dengan tatapan kagum.

Itu benar-benar tenaga dalam!

Hanya pengobatan memakai tenaga dalam yang bisa memberikan efek seperti itu.

Yang mungkin membuatnya kaget adalah efek dari tenaga dalam ini bukan hanya menyembuhkan, malah bisa membuat orang lebih muda beberapa tahun.

Viona sudah dipenuhi dengan perasaan sukacita. Randika benar-benar tidak mengecewakan dirinya.

Setelah sekian lama, Randika akhirnya melepaskan tangannya dan terbatuk seteguk darah hitam. Kemudian dia mencabut kelima jarum yang masih menancap di tubuh si nenek. Setelah dia mencabutnya, si nenek tiba-tiba terbatuk!

"Uhuk, uhuk, uhuk." Si nenek membuka matanya. Setelah beberapa saat, dia terkejut melihat begitu banyak orang sedang menatapnya. Dia sepertinya juga tidak sadar ada di mana dia sekarang.

Kenapa semua orang ini menatapku? Dan kenapa mereka sepertinya terkejut melihatku?

Hal terakhir yang dia ingat adalah cucunya, Viona, membawa dirinya ke rumah sakit tadi malam.

"Bisa bantu dia untuk memakai bajunya dan memberinya air?" Kata Randika dengan santai.

"Ah? Oh!" Kedua perawat yang membantu Randika lalu tersadar dan membantu si nenek memakai bajunya.

Seorang dokter yang berdiri di sana tiba-tiba mencubit temannya.

"Hei! Ngapain kamu?" Tanya temannya itu sambil marah-marah.

"Aku hanya ingin melihat apakah aku sedang bermimpi atau tidak."

"Goblok, kalau itu harusnya kamu cubit dirimu sendiri bukan aku!" Jawab dokter itu sambil marah-marah.

Tetapi berkat cubitannya ini, dokter itu sadar akan sesuatu. "Cepat! Cepat periksa kondisinya!"

Mendengar kata-kata ini, dokter senior sebelumnya dengan cepat memeriksa si nenek dan menyuruh Randika segera minggir.

Viona, yang berhati lega, melihat neneknya dikerubungi para dokter dan perawat sekali lagi. Randika, yang berdiri di sampingnya, menatapnya dengan wajah penuh senyum.

Wajah si dokter senior benar-benar tidak bisa diungkapkan setelah selesai memeriksa kondisi si nenek.

"Ada apa?" Para dokter yang lain menatapnya. "Bagaimana?"

Dokter senior itu menganggukan kepalanya, keterkejutan di wajahnya belum bisa hilang. "Masalahnya adalah tidak ada masalah di tubuh nenek ini!"

"Ah, kau jangan ngomong seperti itu." Dokter lainnya benar-benar tidak percaya.

"Tubuhnya benar-benar sehat. Ketika dia dibawa kemari, kondisi tubuhnya tidak sesehat ini. Jantung dan paru-parunya sekarang justru dalam keadaan sempurna. Setelah aku periksa, dengan kondisi seperti ini maka nenek ini seharusnya bisa hidup selama 10 tahun lagi!"

Dokter senior ini masih dipenuhi dengan keterkejutan dan hatinya masih tidak percaya dengan kejadian ini. Jelas-jelas dia sudah memastikan bahwa umur sang nenek tinggal 3 hari tetapi sekarang dia benar-benar seperti dilahirkan kembali. Terlebih, keajaiban seperti ini terjadi di depan matanya sendiri!

Ini pasti ilmu hitam, pikirnya.

Wajah ayah Viona sudah penuh dengan senyuman. "Ini benar-benar sebuah keajaiban, anak ini tidak berbohong."

Ibu Viona yang berdiri di samping ayahnya itu tiba-tiba menyeret Viona dan membawanya agak jauh dari kerumunan. Dia lalu berbisik pada anaknya. "Vi, apa itu pacarmu?"

Viona jelas terkejut mendengarnya, dia tidak menyangka ibunya akan bertanya seperti itu padanya.

Dengan wajah tersipu malu dan ragu-ragu, Viona menganggukan kepalanya dengan pelan.

Ibunya langsung tersenyum dan mengatakan. "Mama bangga kamu bisa menemukan laki sehebat dia. Mama lihat dia adalah lelaki yang tenang dan dapat diandalkan, dia adalah laki-laki yang pantas untukmu. Vi, kamu harus mempertahankan hubunganmu dengannya jangan sampai dia lepas. Ah, dia kerja apa?"

Ibunya Viona tidak akan melepaskan kesempatan anaknya menikahi lelaki luar biasa semacam Randika, dia akan mati-matian membuat Randika menjadi menantunya.

Namun pada saat ini, tiba-tiba Randika menghampiri mereka berdua dan tersenyum. "Om, tante, terima kasih tadi telah mempercayaiku. Aku sekarang harus pergi menemui orang jadi aku pamit dulu."

Ketika Randika sudah pergi dari situ, ayah Viona mengangguk puas. "Sopan santunnya sangat bagus." Dia semakin menyukai pemuda itu, dia mengingatkan dirinya ketika masih muda.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.